Kemilau jingga berkulintin dengan warna keemasan cakrawala, menghiasi langit senja, saat Warlex termagu memanda ke horizon barat laut pantai Padang. Dia termagu dan terbuai dengan fikirannya, memuji kebesaran Tuhan Maha Pencipta melukiskan betap eloknya fenomena alam. Ditambah semilir angin sore dan ciutan burung camar memanggil anaknnya untuk kembali berkumpul setelah seharian mencari makan, maka semakin sempurnalah kenyamanan suasana kota yang tercipta.
Sangat Elok
Tapi, tak se elok nasib Warlex.
Ah…kalau nasibku seindah ini, dimana segala sesuatunya sangat menyenangkan dan segala sesuatunya sangat tidak ingin untuk ditinggalkan, tentu aku tidak seperti ini. Jiwa anak muda yang hampir paruh baya itu berkecamuk, antara memuji kebesaran Tuhannya dan mengumpat akan nasibnya.
Memang, waktu berlalu musim berganti. Adakalanya di sepenggalangalan waktu dan ruang, kita bisa berperan dengan nasib yang baik dan bisa berkarsa serta karya sesuai dengan keinginan, dan adakalanya diwaktu yang lain kita harus menarik diri, meninggalkan semua yang terlanjur disenangi dan memberikan kesempatan kepada yang lain, untuk bisa juga berbuat lebih baik dari yang telah pernah kita lakukan. Ini adalah permainan waktu, proses yang harus dilewati, sampai akhirnya kita harus menarik diri secara total dari dunia ini untuk kembali kapangkuanNya, menuju ketotalan yang absolut dengan tiada lagi waktu dan ruang yang membatasi.
Warlex paham betul dengan filsafah kehidupan seperti itu, bahkan jika Warlex lupa, dia akan mencari buku catatannya yang sudah lusuh, untuk kembali membaca nasehat-nasehat inyiek, guru mengajinya yang sejak 20 tahun yang lampau ditulisnya.
Akan tetapi satu yang tak pernah dimengerti oleh Warlex, kenapa nasib selalu tidak berpihak kepadanya.Dulu Warlex pernah berjaya dengan memiliki sebuah toko bangunan peninggalan ayahnya. Saat warlex meneruskan usaha ayahnya itu, toko dalam keadaan berutang ratusan juta dan karena kegigihan Warlex berusaha, maka semua utang lunas terbayar dan usaha pusaka itu berkembang dan maju. Akan tetapi saudara Warlex yang lebih bagak mengambil alih dengan cara paksa. Dan setelah itu, banyak pekerjaan yang telah dicoba. Mulai dari pedagang ikan di Pasa Mambo dibelakang Balai Kota, Tukang Parkir, Menjual Kue, Sopir Angkot, Jual Togel, Karyawan CV, Kontraktor Bangunan, Dukun sampai menjadi Guru Les privat anak-anak orang kaya, bahkan sempat suatu saat Warlex terpeleset masuk ke komunitas Tukang Copet Pasar Raya.
Semua pekerjaannya telah dilakoni Warlex dengan sungguh-sungguh dan disiplin yang tinggi. Saat Warlex mencopet, tak akan pernah memberikan belas kasihan, semua isi dompet korbannya dikuras habis, bahkan dompetpun tidak ditinggalkan. Jika Warlex mengajar, dia selalu memastikan anak muridnya menjadi juara I dikelasnya. Begitu juga jika Warlex menjadi Dukun, Tukang Parkir dan sebagainya. Semua dilakoni Warlex dengan sempurna dan tanpa celah. Tapi, sekali lagi dedikasi Warlex itu tak pernah bisa mensejahterakannya, bahkan untuk makanpun sampai sekarang masih numpang sama emak dirumah.
Bagi sebagaian orang “Hidup Adalah Perbuatan” tapi bagi Warlex “Hidup Adalah Berfikiran Positif” karena selama ini Warlex telah banyak berbuat. Menurut Warlex Berbuat tanpa berfikiran positif sama dengan menciderai ketentuan Allah. Ada sesuatu yang menarik dari pengalaman hidup yang disimpulkan sendiri oleh Warlex sesuai dengan kemampuan fikirannya. Jika Tuhan mengabulkan doamu berarti Dia sayang kepadamu, Jika Tuhan belum mengabulkan doamu berarti Dia sedang memberikan ujian untuk menaikan tingkat ketakwaanmu, dan Jika Tuhan tidak mengabulkan doamu berarti Dia punya suatu rencana yang lebih baik untukmu.
Tiba-tiba cirit burung camar yang sedang mencari anaknya, menimpa jidat Warlex yang sudah mulai lebar dan gundu. Warlex tersentak dan tersadar.
Uh…kenapa aku mengumpat nasibku kepada Tuhan…bukankah ini adalah pilihan yang terbaik oleh Tuhan kepadaku. Kalau aku dijadikanNya Walikota tentu aku tidak akan sanggup masuk penjara, karena menjadi Pe(n)jab(h)at, Menteri, Gubernur, Camat atau apapun namanya, menurut hasil penelitian probabilitas penjaranya rata-rata 25%. Warlek sangat takut masuk penjara. Emak Warlex juga takut jika Warlex masuk penjara.
Lebih baik hidup ini dijalani saja seperti air yang mengalir. Filosofi air, jika tertumbuk pada sesuatu, maka air akan mencari celah lain untuk tetap terus mengalir. Tapi..jangan lupa lex…harus tetap selalu berdoa, berdoa dan berdoa.
Beberapa hari lagi Ramadhan akan kembali menghampiri kita, Tuhan akan membukakan pintu Sorganya. Ada keyakinan bagi Warlex, orang yang selalu bekerja dengan ikhlas akan selalu mencium bau harumnya sorga. Bersihkan hati, bersihkan diri, tentu Warlex akan menjadi bagian yang indah dari alam semesta ini untuk mengisi secuil ruang dan waktu dengan kebaikan yang akan dipersembahkan kepada Tuhan sebagai amal ibadah di Yaumil Mahsyar nantinya.
Keemasan cakrawala yang tiada tara keindahannya, perlahan memudar menuju kegelapan malam. Disambut azan Magrib, Warlex bergegas mencari moshalla terdekat, untuk bersujud, memohon kepadaNya akan kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat.
Tuhan, teruslah anugerahi kepada kami akal dan budi yang tajam dan halus, sehingga kami bisa memetik hikmah-hikmah dan memuji kebesaran Mu dari kejadian-kejadian yang Engkau isyaratkan kepada Kami. Amin.
Yusta Noverison & Keluarga
Mengucapkan selamat menunaikan Ibadah Puasa
Mohon maaf lahir dan bathin
Semoga ibadah kita senantiasa diterima oleh Allah SWT
0 komentar:
Posting Komentar