Selasa, 22 Juli 2008

Hari yang Cerah (Cingkahak 2)

“Hari yang cerah”…Warlex berguman diberanda rumah menghadap kejalan. Semalam hujan turun sangat deras, sampai dapur Warlex kemasukan air hujan yang meluap dari sungai dibelakang rumah. Tadi, pagi-pagi sekali Warlex sibuk membersihkan cirit air yang hinggap dilantai dapur.

Untung badan rumah ini lebih tinggi dari dapur, untung air tidak begitu meluap hingga menjadi besar, untung Warlex semalam berada dirumah, untung dan seterusnya, dan seterusnya…..Warlex tak henti-hentinya mengucap kata untung, sambil tangannya yang pendek dan gempal itu cekatan berkerja memeras kain yang sudah diusapkan kelantai.

Akhirnya kerja Warlex selesai juga, di menuju keberanda rumah. Kepalanya menengadah keatas dan sekail lagi dia berucap “Hari yang cerah”…

Biasanya, Warlex baru pulang kerumah jika hari sudah mendekati Subuh. Jika sudah terdengar oleh Warlex ustad Azwar mengaji di Mushallah kampung sebelah, baru Warlex bergegas pulang. Warlex pulang bukan untuk mengambil udhuk dan sholat Subuh, akan tetapi menarik selimut, lalu meringkuk disudut tempat tidur mirip angka sembilan.

Emak Warlex sering mencerepet melihat tingkah Warlex yang melenceng ini, tapi repet-repet Emak itu dianggapnya sebagai nyanyian pengantar tidur. Dan Warlex akan enak tidur sampai waktu Zhuhur datang. Kemudian dari Ashar sampai Subuh, Warlex akan kembali berkiprah didunianya sebagai tukang kolak.

Suatu waktu Warlex berkunjung ke posko partai politik tertentu di kota Padang, diwaktu lain Warlex sibuk berdebat dengan kaum-kaum intelektual membicarakan isu-isu hangat dibidang politik, ekonomi bahkan pemerintahan sekalipun. Dan kadang itu berlangsung sampai ralut malam. Menurut Warlex orang-orang Intelek mempunyai pola kerja seperti itu.

Kadang Warlex juga sadar dan berpikir sendiri. “Apa benar yang sudah aku omongkan tadi?”, “Apakah yang aku katakan tadi sudah benar-benar itu kondisinya, padahal aku tahu pengetahuanku dibidang ini sangat sedikit”.

Warlex sadar, sering dia mengulas sesuatu dengan pengetahuan yang sedikit, kemudian ia kembangkan dengan logikanya sendiri sekehendak hatinya. Nan ka lamak diperutnya saja. Sehingga kebenaran suatu persoalan seringkali menurut akal dan pikirannnya.

Anehnya, semua orang menerima dan meng”ia”kan setiap perkataan Warlex. Entah mungkin Warlex menyampaikannya dengan sangat sederhana dan mengena atau dengan trik-trik ceramah Warlex yang membius setiap orang yang mendengarkannya, sampai sekarang Warlex belum tahu jawabannya.

Tapi Warlex juga sadar. Mana ada dizaman sekarang orang mempunyai prilaku yang jujur seperti kata hatinya tadi. Zaman sekarang dituntut untuk berprilaku pintar walau bodoh sekalipun. Pura-pura intelektual padahal otaknya cekak. Kenapa begitu?..ya kalau tidak begitu, tidak hidup.

Kita harus munafik, kita harus memakan orang, kalau tidak orang memakan kita duluan. Diluar sana tidak perlu orang pintar, yang perlu adalah orang bodoh tapi berlagak pintar, otaknya seupil tapi gayanya intelek. Itu yang penting. Insya Allah pasti akan maju, terkenal dan populer.

Permadi ketua Paguyuban Paranormal Indonesia (PPI) sering bilang, zaman sekarang adalah zaman edan. Edan kalau diMinangkan sama dengan Gilo, tenggen, boco alui, cingkahak, nan kalamak di inyo se..

Kita harus edan, karena zaman sekarang zaman edan, kalau tidak edan akan dilindas zaman, kata Permadi. Jadi kita harus Gilo, Kita harus tenggen, kita harus boco alui, jadi urang nan paliang Cingkahak. Dan prilaku itu harus dilakukan dimana saja. Di kantor, terminal, dirumah, di alun-alun, dilapangan sepak bola, bahkan DI KELAS sekalipun.

Dikelas harus cingkahak juga?. Warlex tersenyum.

Siapa ya..dikelasku yang menjadi Cingkahak orang.

Warlex tersenyum lagi, Ingatannya melang-lang buana membayangkan wajah kawannya satu persatu.

Spontan Warlex balik kanan dan meneriaki orang yang lewat didepan rumahnya.

“Oi..hari yang cerah oi….”

Orang yang disapa menoleh, dan Warlex sudah hilang.

“Gilo paja tu mah, sakalam ko hari nyo kecek'an cerah”.

Orang yang disapa bicara sendiri seperti orang gila.

Padang Juli 2008
Yusta Noverison

0 komentar: